Mero Manto Film Digelar di Lenangguar, Jadi Ruang Interaksi Budaya

Sumbawa, Fokus NTB – Balai Desa Lenangguar kembali menjadi ruang interaksi budaya dalam rangkaian kegiatan Mero Manto Film Samawa, sebuah program pemutaran film, diskusi budaya, dan pertunjukan seni budaya yang digelar oleh Sumbawa Cinema Society (SCS). Kegiatan ini mengusung tema “Merajut Warisan, Sinema Untuk Pelestarian Kebudayaan” dan menjadi langkah nyata dalam penguatan desa sebagai garda terdepan pelestarian budaya lokal.
Setelah sukses pada 19 April dan 26 April 2025, sesi lanjutan yang digelar 3 Mei menghadirkan narasumber Fithriati SP.MT (Kepala Bidang Kebudayaan Kab Sumbawa) dan moderator Novi Kadewi Sumbawati SE.,MM. (akademisi). Diskusi kali ini menyoroti pentingnya pendidikan lingkungan dan pewarisan nilai budaya Samawa sebagai fondasi keberlanjutan warisan leluhur.
Sebagai penggagas kegiatan ini, Sumbawa Cinema Society (SCS) menempatkan diri sebagai aktor penting dalam penguatan budaya lokal. SCS meyakini bahwa film bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga media edukasi dan penggerak sosial yang efektif. Dengan pendekatan komunitas, SCS berhasil menghadirkan ruang dialog budaya yang inklusif, membumi, dan menyentuh langsung masyarakat.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa mengapresiasi kegiatan ini sebagai model penguatan kultural berbasis komunitas dan desa. Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Samawa Kec Lenangguar bapak Wahyuddin Latief dalam sambutannya menegaskan peran penting masyarakat adat dalam mengawal nilai-nilai budaya yang hidup dan dinamis di tengah masyarakat.
Pihak Desa Lenangguar juga turut mendukung penuh inisiatif ini sebagai bagian dari visi desa berbasis budaya. Desa Lenangguar dikenal sebagai salah satu pusat tradisi Ratib Rebana yang telah mengakar kuat dalam identitas masyarakatnya. Kesenian ini terbukti tetap lestari berkat partisipasi aktif komunitas dan regenerasi yang terus digalakkan.
Sumbawa Cinema Society sebagai penggagas kegiatan ini menjadi jembatan antara generasi muda dan budaya lokal, dengan pendekatan sinema dan ruang diskusi kreatif yang membumi. Dalam rekomendasi akhir diskusi, para peserta sepakat bahwa seni tari tradisional Samawa perlu lebih diangkat dan dikembangkan sebagai bagian dari pelestarian yang berkelanjutan.
Program Mero Manto Film Samawa
terlaksana atas dukungan dari Kementerian
Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).