Ekonomi BisnisPeristiwa

AMANAT KSB : Tenaga Kerja Luar Meningkat di AMNT, Pekerja KSB Mayoritas Non Skill

Taliwang, Fokus NTB – Tikus Mati di Lumbung Padi, Daerah Kaya Rakyatnya justru tidak dapat menikmati kemakmuran. Pribahasa inilah yang patut menjadi cerminan terhadap kondisi di Kabupaten Sumbawa Barat. Keberadaan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang menjadi tambang terbesar nomor dua di Indonesia, justru berbanding terbalik dimana sebagai daerah penghasil, KSB tetap konsisten dengan angka kemiskinan yang tinggi, diangka kemiskinan hingga tahun 2022 tetap dua digit yaitu sebesar 13,02 % setara 21 ribu jiwa, ucap mahasiswa doktoral Ilmu Hukum Universitas Mataram, Muh. Erry Satriyawan, SH, MH, CPCLE, Ketua Aliansi Masyarakat Anti Mafia Tambang (AMANAT) KSB (26/7/2023).

Bahwa Nilai Penjualan Provisional Eksport Konsentrat Tembaga, Emas & Perak PT AMNT sejak 2017 s/d 2022 sebesar Rp. 106.277.357.993.296 (106 Triliun) dan justru menunjukan lonjakan dan peningkatan yang luar biasa dimana tahun 2022 memecahkan rekor selama umur tambang beroperasi yaitu sebesar Rp. 47.872.548.050.740 (47.8 triliun) faktanya tidak memberikan efek terhadap angka kemiskinan di KSB.

Yang justru membuat miris berdasarkan data September 2022 Total karyawan di tambang batu hijau 9.557 orang, dengan komposisi Total Lokal 4.850 (50,70%), Lokal NTB 2.146 (22,50%), Nasional 2.561 (26.80%). Dan data di Bulan Juli 2023 Total karyawan di tambang batu meningkat tajam dengan Total 15.282 orang, dengan rincian Lokal Sumbawa Barat 7.791 orang (50,98), Lokal NTB 2.968 orang (19.42%), Nasional 4.523 orang (29.60%).

Maka dari rincian diatas maka lokal Sumbawa Barat sebagai tuan rumah hanya meningkat 0.28%, Lokal NTB menurun 3.08 % dan Pekerja Luar/Nasional meningkat 2.8 %. Ini belum lagi kalau kita meneliti lebih dalam terhadap orang-orang luar yang sengaja pindah domisili menjadi warga Sumbawa Barat dan tenaga kerja asing yang begitu masif masuk di Kabupaten Sumbawa Barat. Termasuk penempatan tenaga kerja lokal yang justru hanya mengisi pos-pos kerja non skill dan buruh kasar dengan upah yang sangat minim dan sejumlah intrik permainan berbasis kerja harian agar dapat menekan upah.

Sehingga menurut Ery, angka 50.98 % tenaga kerja lokal Sumbawa Barat hanya trik perusahaan mengugurkan kewajiban menjaga angka tenaga kerja lokal KSB tetap diatas 50%, padahal apabila dikalkulasi angka pengeluaran perusahaan baik jaminan kesejahteraan, fasilitas dan gaji tenaga kerja lokal jauh angkanya dibanding mereka yang berasal dari luar.

Dengan alasan SDM tidak mumpuni kita sebagai orang lokal KSB justru dipertontonkan betapa orang luar justru menikmati keberadaan tambang yang ada di daerah kita dan mereka dengan mudahnya justru menjadi bos-bos dengan posisi strategis sedangkan kita hanya ditempatkan di perusahaan-perusahaan subkon dengan status kontrak kerja tertentu yang sewaktu-waktu bisa diputus serta tidak dilanjutkan dengan alasan menyesuaikan kebutuhan perusahaan.

Menurut Ery, ini hanya persoalan keberpihakan perusahaan melihat pekerja lokal dan jangan dipandang sebelah mata, kalau alasannya SDM, dirinya justru bingung sehebat apa dan setinggi apa SDM mereka yang dari luar. Sehingga perlu didalami lagi kebijakan Perusahaan, apa sih yang menjadi acuan SDM mempuni bagi orang luar sehingga dapat menempati posisi-posisi strategis dan mendapatkan status karyawan tetap?

Kalau alasannya adalah karena adanya skill tertentu, pertanyaannya kemudian apakah orang-orang lokal KSB tidak bisa dipersiapkan sehingga dapat mengantongi lisensi skill yang dibutuhkan? Kalau alasannya adalah jenjang pendidikan tertentu lalu apa gunanya kalau kemampuan SDM kita pekerja lokal dipandang sebelah mata? Apakah PT AMNT tidak melihat kami Sumbawa Barat menjadi daerah top 3 kabupaten/kota terpintar di NTB yaitu dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diangka 72.56?

Karenanya, Tonjes, salah satu anggota AMANAT, mengingatkan PT AMNT agar kembali mendalami histori masyarakat Sumbawa Barat yang hakiki, jangan sampai kesabaran dan kerendahan hati masyarakat KSB disalah artikan, karena tidak menutup kemungkinan apabila kondisi ini dipertahankan maka suatu saat bisa mejadi ledakan sosial.

“Jangan lupa kalau orang luar punya lambung yang harus diisi dan keluarga yang harus dihidupi, maka demikian dengan kami orang lokal,” pungkas Tonjes.

FokusNTB

Pengelola menerima semua informasi tentang Nusa Tenggara Barat. Teks, foto, video, opini atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke fokusntb@gmail.com

Related Articles

Back to top button