Sumbawa Besar, Fokus NTB – Setelah melalui penjurian ketat, Festival Film Sumbawa #3 merilis tujuh film dokumenter pendek sebagai finalis Kompetisi Film Dokumenter Pelajar se-Kabupaten Sumbawa. Selain itu, Program Fasilitasi Produksi Film Pendek FF#3 pun telah berhasil mewujudkan ide cerita mereka menjadi sebuah karya film. Total 10 (sepuluh) film hasil dari kedua program tersebut diputar perdana dalam Layar Tancap Tomanto dengan seksi khusus SUMBAWA Premiere pada hari Sabtu (27/11/21) di Pelataran Studio Kreatif Kronik Sumbawa, dan Sumbawa Cinema Society.
Dalam prosesnya, film memiliki sifat multidisiplin dengan kesenian lainnya, FFS#3 akhirnya mengundang Teater Pijar dari SMAN 3 Sumbawa untuk tampil di sela-sela pemutaram film-film tersebut dalam rangka merepresentasikan cara kerja kreatif sebuah film. Dalam kesempatan itu Teater Pijar yang disutradari oleh Nindi (siswi SMAN 3 Sumbawa) dan Ages (Guru SMAN 3 Sumbawa) mengangkat isu perempuan dan pendidikan, sesuai dengan tema yang diusung Festival tahun ini tentang Perempuan, Alam, dan Ketahanan Budaya.
Dalam proses memilih film para finalis Kompetisi Ide Cerita, FFS memilih 3 juri yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dengan keahlian masing-masing, yakni Yuli Andari Merdikanintyas selaku direktur Festival Film Sumbawa sekaligus filmmaker yang karyanya sudah diapresiasi di berbaai Festival Internasional dan nasional, kemudian ada Muhammad Irfan sebagai perwakilan dari Dewan Kesenian Sumbawa (DKS), serta yang terakhir ada Hadiatul Hasanah yang berasal dari Lembaga Soldiaritas Perempuan. Juri yang berasal dari lintas lembaga dengan kapasitasnya masing-masing dipilih untuk menyeleksi film finalis dengan tolak ukur ketepatan infromasi mengenai kearifan lokal dan kebudayaan yang diangkat di dalam film. Kemudian bagaimana cara film mengirim pesan tentang isu sosial dan perempuan. Lalu juri juga menilai kesesuaian sifat film dokumenter dengan apa yang dibuat oleh para pelajar sebagai filmmaker pemula dengan cara pengemasan yang berbeda-beda.
Melalui proses penjurian yang ketat, maka terpilih 7 film dokumenter finalis yang dinilai sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan, film tersebut antara lain film Pengantan Nginring Tana Samawa (Nyorong) dari sekolah MAN 1 Sumbawa, film dari SMAN 4 Sumbawa dengam judul “Sana”, film dari MAN 1 Sumbawa dengan judul “Mbah Senun”, film dari SMAN 1 Sumbawa dengan judul Barodak, film dari SMAN 3 Sumbawa dengan judul “Di Balik Perempuan”, kemudian ada juga film dari SMAN 3 Sumbawa dengan judul “Kre Alang”, dan yang terakhir film dari SMAN 2 Sumbawa dengan judul “Manjareal”, jelas Ridho Fisabilillah.
Meskipun saat itu cuaca masih rintik gerimis, antusiasme penonton tetap tinggi. Sekitar 300 pengunjung datang berbondong-bondong untuk hadir di lokasi festival untuk mendukung film pilihan mereka. Program pemutaran ini dilakukan dalam rangka mengapresiasi para filmmaker baik dalam kompetisi pelajar maupun Ide Cerita yang diraih oleh kalangan umum serta alumni FFS sebelumnya. Dengan diadakan pemutaran ini jerih payah mereka tidak sia-sia karena bisa mempertemukan film dengan para penonton di Festival Film Sumbawa yang ke tiga.
Turut hadir juga Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Sumbawa Sumbawa, Bapak Ir.H.Iskandar D, M.Ec.Dev, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sumbawa, Bapak Muhammad Ansori, serta Kabid Pendidikan dan Kebudayan sekaligus tokoh kebudayaan Sumbawa H. Hasanudin, S.Pd dan serta seniman perempuan senior Tana Samawa yaitu Fithriati Kahar. Seolah tak mau ketinggalan membawa rombongamya yang terdiri dari beberapa Kepala Sekolah SMA/SMK/MA sederajat di Kabupaten Sumbawa pun turut hadir untuk mendukung karya yang dibuat oleh para siswanya.
“Melihat antusias masyarakat Sumbawa yang tingi, serta mulai terbukanya pejabat daerah untuk mendukun kegiatan festival film seperti ini, penyelenggara Festival Film Sumbawa merasa optimis dengan masa depan perfilman daerah, khususnya Sumbawa terhadap para generasi muda yang memiliki semangat yang tinggi untuk mau belajar dari nol dan berposes bersama dalam mempelajari cara memproduksi sebuah film dengan proses kreatif yang menyertainya,” ucap Yuli Andari Merdikaningtyas.