
Sumbawa, Fokus NTB – Sumbawa Cinema Society dengan bangga mengumumkan pemutaran perdana film pendek “Menari Seirama Ombak” yang akan berlangsung pada program Mero Manto, yang akan dilaksanakan Minggu, 8 Juni 2025, pukul 19.30–22.30 WITA di Lapangan Samping Gor Bulu Tangkis, Desa Pulau Bungin. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis.
Film “Menari Seirama Ombak” karya Anton Susilo ini di produksi oleh Sumbawa Cinema Society dan di danai oleh Indonesiana TV Media Budaya Kementerian Kebudayaan RI, menjadi istimewa karena untuk pertama kalinya diputar di Desa Pulau Bungin, yg dimana Desa Pulau Bungin menjadi lokasi utama seluruh pengambilan gambar film ini. Proses produksi film melibatkan secara aktif masyarakat dan tokoh adat Pulau Bungin, menjadikan karya ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga bentuk nyata kolaborasi dalam pelestarian budaya lokal.

Film ini mengangkat kisah perempuan muda pewaris tarian tradisi Joge Bungin, menyoroti perjuangan menjaga warisan budaya di tengah arus perubahan zaman. Tarian Joge Bungin dan Tibaraki, yang menjadi bagian penting dalam film, merupakan kesenian sakral Suku Bajo di Pulau Bungin. Tarian ini tidak hanya menjadi hiburan, melainkan juga ritual penting yang berkaitan dengan daur hidup dan keseimbangan hubungan manusia dengan alam laut. Tarian Joge Bungin, yang ditarikan oleh 5–7 perempuan dewasa dengan iringan alat musik tiup khas Bajau, menjadi simbol kekuatan perempuan dalam menjaga tradisi. Tarian ini juga menjadi persembahan utama dalam upacara adat dan ritual penting masyarakat Bajo, seperti Tibaraki dan Penobatan Sultan Sumbawa.
Selain pemutaran film, acara ini juga akan diisi dengan diskusi budaya bersama Dr. Dedi Hari Wibowo, M.Si kadis Pemuda dan Olah Raga dan Pariwisata Kab Sumbawa selaku narasumber dan Dr. Rusdianto AR, M.Pd selaku moderator, serta pertunjukan seni budaya yang melibatkan masyarakat Pulau Bungin. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bersama untuk merumuskan langkah-langkah pelestarian budaya dan alam di masa depan. Film ini mengeksplorasi keindahan alam bawah laut Pulau Bungin yang dikelilingi kawasan mangrove dan biota laut yang melimpah. Pengambilan gambar di wilayah pesisir dan bawah laut menjadi penanda pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari identitas masyarakat pesisir.

Jika tiga aspek utama kelestarian seni budaya, pelestarian tarian sakral, dan perlindungan alam bawah laut terus ditingkatkan, Pulau Bungin memiliki potensi besar untuk mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan ekologi. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.