BudayaEkonomi Bisnis

Kain Tenun Khas Desa Poto Dusun Sameri

Oleh: Tridayanti Ali, mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Teknologi Sumbawa (UTS).

Kain tenun adalah warisan budaya yang kaya dan mendalam di Indonesia. Tekstur dan coraknya mencerminkan keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia. Setiap jenis tenun memiliki cerita dan makna tersendiri yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Di kabupaten Sumbawa terdapat suatu desa yang mayoritas penduduknya adalah penenun, lokasinya terdapat pada Desa Poto, Dusun Sameri, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa. Kebanyakan dari warga setempat mahir menenun sejak usia dini, keahlian tersebut turun temurun sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Tradisi menenun merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi mayarakat yang harus dilestarikan dan dijaga eksistensinya. Dimana disini memerlukan peran Masyarakat dalam menjaga atau mempertahankan eksistensi dari suatu tradisi.

Seperti halnya ibu Sri Nurna Ningsi, penenun asal Desa Poto Dusun Sameri, yang sudah berkecimpung di dunia tenun sejak duduk dibangku SD, keahlian menenun diturunkan dari sang ibu, dan sekarang beliau telah menurunkan keahlian menenun pada anaknya. Selain sebagai penenun, ibu Sri juga menjalankan kegiatannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, menenun adalah pekerjaan tetap ibu Sri.

Beliau memiliki pelanggan dari berbagai desa, biasanya pelanggan dari ibu Sri langsung mendatangi beliau ke rumah untuk memesan tenunan, beliau juga menerim konsultasi masalah tenun melalui telefon. Untuk motifnya sendiri disesuaikan dengan keinginan pelanggan, macam-macam jenis motif nya ada motif Piyo Manis, motif Pohon Hayat dan masih banyak lagi. Untuk bentuk kain tenunnya sendiri pun beragam pemesan boleh me-request jenis tenunannya seperti, kain tenun songket, sarung, selendang, sapu, dan babasa.

Untuk proses pengerjaannya sendiri bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan tergantung dari tingkat kerumitan dari motif tenunnya sendiri. Proses penenunan selama satu bulan hanya menghasilkan paling banyak dua kain songket, untuk harga kain songket tersendiri dibandrol kurang lebih Rp. 1.400.000 dan dapat ditotal penghasilan perbulan kurang lebih Rp. 3.000.000 bahkan lebih. Penjualan sempat menurun karena dampak Covid-19 namun semakin lama penjualannya semakin membaik.

Proses yang paling lama adalah menenun sarung, karena untuk ukurannya sarungnya sendiri memiliki ukuran yang paling besar dan lebar, motifnya pun memenuhi kain tersebut sehingga harus dikerjakan dengan teliti dengan waktu yang lumayan lama. Pada sarung juga terdapat perbedaan antara kain songket yang dikenakan laki-laki dan Wanita, laki-laki memiliki ukuran yang lebih pendek yaitu sebatas lutut dan memiliki ciri corak hitam pada ujung atas dan bawah kain, sedangkan wanita memiliki ukuran sarung yang panjangnya hingga mata kaki.

Untuk proses pembuatan selendang, sapu, babasa, dan tenunan yang memiliki ukuran kecil tidak terlalu memakan waktu yang lama, pembuatannya bisa sampai satu sampai dua minggu. Biasanya pelanggan memberikan kerta yang berisi macam-macam motif dari kain tenun itu sendiri. Selain sebagai bentuk mata pencaharian, kegiatan menenun juga bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal daerah setempat. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tradisional Gadongan, alat ini terbuat dari bambu dan kayu.

Kain tenun Sumbawa memiliki potensi besar sebagai daya tarik pariwisata budaya. Seperti banyak wisatawan yang tertarik pada seni dan kerajinan tangan dan sering mengunjungi pusat-pusat tenun di Sumbawa untuk belajar dan melihat langsung proses pembuatannya.

Kain tenun Sumbawa merupakan warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Sumbawa. Ia tidak hanya sekadar produk tekstil, tetapi juga merupakan simbol budaya dan identitas masyarakat setempat. Setiap motif pada kain tenun memiliki makna dan filosofi yang mencerminkan kehidupan sehari-hari serta pandangan dunia masyarakat Sumbawa. Pembuatan kain tenun juga mencerminkan prinsip-prinsip ekologi dan keberlanjutan yang telah diterapkan masyarakat selama berabad-abad.

Upaya pelestarian kain tenun Sumbawa penting dilakukan untuk mempertahankan warisan budaya, memperkuat identitas dan kebanggaan lokal serta nasional, serta memberdayakan ekonomi masyarakat lokal. Hal ini dapat dicapai melalui pameran seni, pelatihan penenunan, dan promosi melalui media sosial. Kain tenun Sumbawa juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik pariwisata budaya.

Mengingat zaman yang semakin modern tidak menutup kemungkinan bahwa kearifan lokal tersebut dapat terkikis oleh zaman. Maka dari itu salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat adalah dengan cara terus menghasilkan berbagai macam jenis kearifan lokal salh satunya kin tenun itu sendiri.

Related Articles

Back to top button