Saatnya Reunian
Penulis : Raden’t
Ada titik dimana orang-orang pernah bersua. Berbagi cerita, lalu larut dalam kebersamaan. Namun ada titik dimana harus terpisah jauh karena sebuah pilihan. Jauh -sejauhnya lalu berpisah jarak dengan yang lain. Namun ada titik dimana kerinduan membuncah lalu ingin bertemu. Kenangan masa silam menjadi magnet yang selalu menarik dan mendorong untuk melepas kerinduan.
Ada rekam kejak yang ingin diziarahi hanya dengan perjumpaan. Ada kerinduan yang amat sangat untuk segera ditunaikan. Sebaris masa lalu telah mengajak semua yang pernah bertaut dalam satu momen untuk kembali bertemu. Tidak hanya melepas rindu pada sesama, tetapi juga ada hasrat untuk berbagi kabar setelah sekian purnama tidak bertemu muka.
Orang-orang menyebut pertemuan kembali itu dengan sebutan reuni. Sebuah kata yang menggambarkan adanya perjumpaan setelah sekian waktu orang-orang ingin kembali bertemu dengan sahabat lama yang pernah berpisah jarak dan kisah. Kebersamaan masa lalu menjadi satu alasan kenapa reunian sangat diperlukan. Sesuatu yang umum dilakukan dan dahaga kerinduan akan tersalurkan ketika kembali berjumpa.
Di reunian inilah semua yang pernah menautkan tali persahabatan kembali melepaskan rindu. Kembali merindu pada masa-masa yang menggelikan. Masa-masa dimana teknologi masih di alam impian. Masa dimana guru masih menjadi sumber ilmu pengetahuan, lalu memberi hukuman berdiri di depan kelas ketika ada yang melakukan pelanggaran.
Dan masa dimana setiap sahabat masih belajar bagaimana cara mengutarakan perasaan cinta pada lawan jenisnya. Pada masa itu pula, jalan kaki adalah pemandangan yang lumrah ketika datang dan pulang sekolah. Semua menikmati hari-hari di sekolah dengan berkejaran satu sama lain, lalu memendam kekhawatiran di bawa ke ruang BK ketika melakukan pelanggaran.
Masa itu adalah kenangan. Masa itu adalah sejarah dan masa itu adalah kita yang memilih hadir dan berkumpul di tempat ini. Perjumpaan ini kita sebut dengan reuni. Sebuah kata yang syarat dengan makna. Makna yang tak cukup digambarkan dengan sebaris kalimat apa pun. Kedalaman makna perjumpaan ini hanya kita yang tahu. Perjumpaan ini tidak hanya sekedar menghadirkan fisik, tetapi kita membawa serta lapis-lapis kenangan yang pernah menggelayut dalam memori. Pada perjumpaan inilah kita sama-sama menghamparkannya.
Kenangan masa lalu memberi banyak pelajaran setelah 23 tahun kita terpisah jarak karena pilihan masing-masing. Dalam lapis sosial dimana kita berdomisili kita bisa saja bergelar dan memiliki kedudukan. Di sana kita dihormati dengan segala kewenangan yang menyertai kehidupan kita. Kita syah saja berbangga dan mensyukuri segala pencapaian yang kita raih. Namun pada saat ini, ketika kita menggelar reuni, embel – embel gelar dan jabatan sejenak kita tepikan dulu. Saat ini kita sedang bernostalgia pada masa – masa dimana kita pernah menimba ilmu di sekolah yang sama. Itulah alasan kenapa kita semua memilih hadir di sini untuk mengenang masa yang mengesankan itu.
Kita adalah kita yang dulu tanpa membusungkan dada dengan segala pencapaian hari ini. Kita tetap bersahabat dengan merawat kenangan yang pernah terlukis di masa silam. Bahkan kita telah berhasil melahirkan generasi baru yang kelak kita doakan agar lebih sukses dari generasi kita.
Dan saatnya kita merayakan kembali kebersamaan ini dengan segala pengharapan agar di masa mendatang kita bisa mengulangnya kembali. Jika pun ada sahabat kita yang sudah mendahului kita dengan lebih dulu menghadap sang khaliq, tentu saja kita doakan yang terbaik buatnya. Karena ia telah lebih dulu reuni dengan sang pemilik semesta. Sementara kita sedang menunggu giliran untuk menghadap. Itulah reunian yang sebenarnya.
Namun saat ini. Saat perjumpaan ini, kita seolah ingin mengabarkan pada semesta, bahwa kita tetap bersahabat baik dengan penuh cinta dan penghormatan pada siapa pun. Dan adakah hari esok untuk mengulang kembali masa-masa indah seperti ini? Entahlah, hanya waktu yang kuasa memutuskannya.