
Sumbawa, Fokus NTB – Disela-sela berlangsungnya even internasional MXGP Samota 2023 di Tana Samawa, Museum Bala Datu Ranga berkolaborasi dengan komunitas PUrang SApeda LoKA (PUSAKA) Samawa menyelenggarakan acara bertajuk NGObrol PIntar (NGOPI) di museum yang menghadirkan pemantik diskusi tokoh pariwisata nasional, Taufan Rahmadi yang juga merupakan Anggota Tim Monev dan Akselerasi KEK Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI. Bersama dengan Taufan, Jamaluddin Malady, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB dan Irawan Subekti, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa juga turut menjadi pemantik diskusi yang bertempat di Museum Bala Datu Ranga (24/6/2023). Diskusi ini didukung oleh Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu, Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sumbawa, Lembaga Adat Tana Samawa, Kronik Sumbawa, dan Fokus NTB.
Menyambut para tamu, ketua Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu sekaligus kurator Museum Bala Datu Ranga, Yuli Andari Merdikaningtyas mengatakan pada Fokus NTB bahwa Sumbawa sangat kaya akan peninggalan sejarah baik berupa benda cagar budaya maupun memori kolektif masyarakat tentang era kebesaran Kesultanan Sumbawa.
“Hal ini yang menjadi harta karun dalam bidang sejarah tidak hanya di Kabupaten Sumbawa namun juga Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), karena di masa lalu KSB merupakan daerah vasal dari Kesultanan Sumbawa yang meliputi kedatuan Taliwang, Seran (Seteluk saat ini), dan Jereweh atau kita kenal dengan Kemutar Telu. Potensi ini jika digarap dengan cara yang tepat maka akan menjadi potensi yang besar untuk mengenalkan daerah kita kepada masyarakat luas, tidak hanya untuk generasi muda di Sumbawa dan KSB sendiri, tetapi juga untuk Indonesia dan Dunia,” kata Yuli Andari.
Diskusi dimoderatori oleh Tri Satriawansyah, dosen Fakultas Teknik Universitas Samawa (UNSA) sekaligus pegiat cagar budaya bersama komunitas sepeda onthel-nya PUSAKA Samawa. Taufan Rahmadi, memantik diskusi dengan mengungkapkan kesannya naik ke Bala Datu Ranga. Menurutnya, Bala Datu Ranga sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang berdiri pada tahun 1886 ini memiliki keagungan sebagai bangunan pusaka Sumbawa.
“Mulai memasuki pintu dan melangkah masuk dalam Bala Datu Ranga ini, saya merasakan energi yang luar biasa. Daya tarik masa lalu yang sangat besar dan magis tersimpan dalam bangunan ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Taufan menuturkan, ibarat berlian, Bala Datu Ranga ini adalah berlian yang harus diasah dengan cara yang tepat agar mengeluarkan sinar kemilaunya. Belum lagi ditambah dengan sejarah tokoh yang menjadi pemilik Bala Datu Ranga ini yaitu Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu. Beliau adalah tokoh yang menandatangani Surat Pernyataan tiga Swapraja di Pulau Sumbawa yaitu Swapraja Sumbawa, Swapraja Bima, dan Swapraja Dompu untuk bergabung dengan Republik Indonesia, mewakili Sultan Sumbawa yang pada saat itu masih berada di Makassar sebagai Ketua Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT). Momen tersebut kemudian berlanjut dengan pertemuan segi empat antara Presiden Soekarno, Sultan Muhammad Kaharuddin III (Sumbawa), Sultan Muhammad Salahuddin (Bima), dan Sultan Dompu untuk menindaklanjuti surat pernyataan tersebut.
“Artinya apa? Teman-teman di Sumbawa harus berani membuat gagasan yang smart untuk diajukan ke level nasional mengenai konsep wisata sejarah Sumbawa dan bagaimana peran-peran tokoh Sumbawa di masa lalu agar gaungnya terkait dengan kepentingan nasional. Maka, bagi saya jika dikaitkan dengan sektor pariwisata, wisata sejarah ini bukan hanya sekedar mendatangkan wisatawan, namun jauh daripada itu yaitu kita harus bisa menghadirkan sosok para tokoh ini di hati generasi muda,” sambungnya dengan semangat. Ketika moderator menodong Taufan untuk membawa poin-poin hasil diskusi dan rekomendasinya ke Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI ia menyatakan siap membantu bersama Kadis Pariwisata Provinsi NTB untuk membawa konsep wisata sejarah dari Sumbawa sebagai tindak lanjut dari diskusi ini.

Mengutip dari akun Instagram Taufan tentang diskusi ini, ia menulis:
Saya mengatakan di forum ini bahwa Kabupaten Sumbawa perlu terus untuk mengembangkan potensi wisata sejarah yang dimilikinya, tidak hanya untuk mendatangkan wisatawan tetapi juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan generasi muda Sumbawa tentang bagaimana negeri atau daerah tempat mereka tinggal saat ini ada karena diperjuangkan dan dibangun oleh para pemimpin dan tokoh-tokoh Sumbawa yang sangat berjasa.
Saat diminta untuk menyampaikan kata-kata penutup, Taufan Rahmadi kembali mengungkapkan bahwa “Wisata sejarah bukan saja berbicara tentang heritage atau mendatangkan wisatawan semata, tetapi lebih jauh daripada itu, ini adalah cara bagaimana menghadirkan sosok para tokoh bangsa di hati generasi muda negeri ini” .