EdukasiOpini

Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial

Diangga Febriansyah
Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKES Griya Husada Sumbawa.

Bagi sebagian orang status Mahasiswa beranggapan status Tertinggi sebagai orang yang berintelektual, karena Mahasiswa menjadi agent perubahan di dalam Negara dan Bangsa ini, sebagaimana sesuai dalam Tri Dharma perguruan tinggi yaitu: Pertama, pendidikan dan pengajaran.
Kedua, penelitian dan pengembangan.
Ketiga, pengabdian kepada Masyarakat,
apakah Mahasiswa saat ini sudah menerapkan sesuai dengan yri dharma perguruan tinggi?.
Jangan sampai Mahasiswa stage di 3K yaitu kampus, kantin, kos.
Yang dimana tipekal nahasiswa terdapat 7 : 1). Organisatoris, 2). Hedonis, 3). Apatis, 4). Aktivis, 5). Militeris, 6). Mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah Pulang-Kuliah Pulang) 7). Mahasiswa Kura-Kura (Kuliah Rapat-Kuliah Rapat).

Entah kita tergolong di tipekal Mahasiswa yang nomor berapa,saya harap semoga seperti apa yang kita ingiankan sebagaimana peran dan sejatinya Mahasiswa

Secara umum mahasiswa adalah sebutan bagi seseorang yang tengah menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi, Universitas dan Akademisi. Meskipun begitu tidak semua orang dapat menjadi seorang mahasiswa karena sebagai hambatan tertentu.

Apa saja peran mahasiswa bagi bangsa dan negara ini?, tentu saja ketika kita sudah mendapatkan predikat mahasiswa orang tua, keluarga dan lingkungan sekitarmu akan ikut bangga, hal tersebut di karenakan lingkungan masyarakat selalu percaya bahwasanya mahasiswa akan membawa bangsa dan negara ini untuk merubah menjadi lebih baik untuk kedepannya suatu bangsa dan negara.

Berikut peran mahasiswa dan tanggung jawab sosial bagi Bangsa dan Negara

Agent Perubahan

Tentu saja Mahasiswa baik dari universitas negeri ataupun swasta sama saja,kenapa saya mentakan sama saja? Karena Sama-sama akan berperan sebagai agent of change atau agen perubahan untuk bangsa dan negara ini. Bagaimana perubahan tersebut dapat diperoleh yaitu dengan ide, gagasan, keterampilan dan ilmu pengetahuan, maka dari itu mahasiswa biasanya di sebut juga dengan para kaum intelek.

Pengontrol Sosial

Secara tidak langsung bahwasanya mahasiswa itu memiliki kontrol sosial atau agent of control pada kehidupan bermasyarakat, maka dari itu ketika ada hal-hal atau aturan yang tidak sesuai yang telah terjadi dikehidupan masyarakat maka mahasiswa berkewajiban untuk memberikan sebuah kritik, solusi, saran dan pendapatnya kepada pemerintah.
Itu sebabnya kebanyakan unjuk rasa yang menolak kebijakan pemerintah dilakukan oleh kelompok mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di bangsa dan negara ini.

Perlu diketahui, mahasiswa juga bukan sebagai orang yang paling pandai dalam menghadapi segala hal, ilmu pengetahuan yang didapatkan dibangku perkuliahan tak pantas bisa menyelesaikan permasalahan terjadi didalam masyarakat
Mestinya mahasiswa dengan segala kerendahan hati serta belajar bersama dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya

Gerakan nahasiswa yang didominasi oleh para pemuda yang memiliki watak yaitu menginginkan perubahan dan lahirnya gerakan nahasiswa itu tidak dengan perencanaan sebelumnya yang matang, melainkan banyak dikarenakan adanya momentum politik di Indonesia.

Pembuktian sejarah gerakan mahasiswa Indonesia sesuai dengan konteks zamannya, haruslah memberikan kesimpulan apakah gerakan tersebut dalam orientasi dan tindakan politiknya, benar-benar mengarah dan bersandar pada problem-problem dan kebutuhan struktural rakyat Indonesia.

Orientasi dan tindakan politik merupakan cermin dari bagaimana mahasiswa Indonesia memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan atau ideologinya.

Di sisi lain, gerakan mahasiswa juga merupakan anak kandung dari perubahan yang terjadi pada budaya di masyarakat. Sehingga ide, semangat, pola, dan implikasi gerakan di setiap masa, tidak lepas dari kecenderungan budaya yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks itulah, boleh jadi munculnya distorsi dalam perilaku “Tokoh-Tokoh” gerakan mahasiswa belakangan ini, merupakan miniatur dari dominannya budaya “pragmatik dan fragmentaris” warisan orde baru dalam budaya masyarakat kita.

Sebelum distorsi ini meluas, dan gerakan mahasiswa terperoksok dalam “kecelakaan sejarah” yang kian parah, ada baiknya saat ini semua elemen Mahasiswa yang merasa bertanggung jawab kepada tegaknya semangat “kepeloporan dan kebenaran” pada kelompok muda ini ikut memikirkan, dan memberi kontribusi untuk menemukan kembali format gerakan dan pola kepemimpinan mahasiswa. Sehingga esensi dan eksistensi perjuangannya tetap terjaga.

Sutan Syahrir pernah berkata “hidup yang tidak di pertaruhkan maka tidak akan bisa di menangkan” jadilah mahasiswa sebagai mana yang sesuai seperti dalam Tri Dharma perguruan tinggi
Jika menginginkan sesuatu yang belum pernah anda dapatkan, maka lakukanlah sesuatu yang belum pernah anda lakukan.

Related Articles

Back to top button