Matinya Ideologi di Akhir Sejarah

Bambang Ade Saputra
Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Administrasi Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Samawa
Umat Islam hari ini seakan diuji kesabarannya, ditempa mentalnya (kuat atau tidak), digerogoti segmen segmen sensitifnya, diuji kepanitikannya, diatas ketangguhan menghadapi panjangnya cobaan (korupsi yang merajalela, pimpinan yang zalim, bengis dan kejam, kemiskinan, kelaparan, perbudakan, pembunuhan, peperangan antar sesama, saling bantai, saling sikut kiri-sikut kanan demi meraih dolar dan kekuasaan), diserang dari segala sisi dari dunia nyata sampai maya (perang Irak, Suriah, Libanon, Palestina, Libya, Afganistan, Black Campaign lewat film-film bertemakan teroris dan sebagainya), keyakinan kita hampir lulu lantak, diterkam dari sana sini, islamophobia seakan menjadi menu santapan sehari-hari dan terkadang kita sedih, miris dan ngeri mendengar dan melihatnya baik lewat media sosial Facebook, Line, WhatsApp, berita-berita dan situs- situs online, dari karikatur sampai wajan, tas, sepatu, sandal dan sebagainya yang menghina Allah SWT, Muhammad SAW dan Islam dan dijual bebas ditengah masyarakat. Belum lagi fenomena Syiah, Gafatar, Islam Liberal, Ahmadiyah, ISIS sampai fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan transeksual) yang semakin mewabah dan akan menjadi patologi yang akan membawahi negara menjadi susut eksistensinya.
Tulisan ini lahir dari bentuk kesedihan yang mewabah dalam hati, membuncah dalam jiwa melihat kondisi umat Islam tidak saja di dunia Islam dan umat Islam yang kebetulan berada di negara-negara non muslim.Tetapi lebih spesifiknya di negara kita yang katanya mayoritasnya Islam ini. Air mata hampir tiap keluar dari mata ibu-ibu yang kehilangan anaknya karena anaknya tertembus peluru, anak-anak yang sedih karena ibu- bapaknya tewas dihantam granat penguasa yang despotis, tangisan anak-anak yang kadang-kadang tinggal kerangka karena kelaparan, jeritan perih karena hampir tiap detik dan menit nyawa manusia melayang karena gerakan bom, granat, peluru yang dijatuhkan ke negara-negara Islam. Perang di Syiria, Irak, Yaman, genosida terhadap etnis Rohingnya di Myanmar sederet aksi-aksi yang meremehkan terhadap umat Islam adalah realita yang kini tertampang apik didepan mata dan masih saja berlanjut.
Selain itu, kini umat Islam sedang diterpa oleh ujian lain yang juga sangat berat yaitu fenomena penggerogotan nilai-nilai ajaran Islam, dicampur dan dibumbui Radikalisme, Liberalisme, Kebebasan yang mengatasnamakan HAM, lembaga-lembaga pendidikan Islam (universitas-universitas Islam, madrasah-madrasah, organisasi-organisasi Islam dan pondok-pondok pesantren yang dituduh sebagai sarang dan pemasok aktif bagi lahirnya tindakan-tindakan teroris) yang anehnya kadang-kadang tuduhan itu dilempar sendiri oleh orang orang yang notabenenya dikenal dan dipandang sebagai tokoh agama, kyai, intelektual muda Islam. Kondisi ini kalau dibiarkan berlangsung akan menggoyah akidah, mencabik dan merobek rasa nasionalisme dan persatuan yang selama ini kita pegang teguh, menghempas kredibilitas negara ini sebagai negara muslim terbesar di dunia.