EdukasiOpini

Kenapa Sih Harus Ada Kesetaraan Gender?

Nadiya Nur Aprilia
Prodi Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial & Politik, Universitas Samawa 

Kesetaraan gender atau dengan kata lainnya keadilan gender, adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang sama atau setara dan tidak mendiskriminasikan tanpa harus membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan yang bersifat kodrati. Kesetaraan gender ini sangat sering menjadi permasalahan di lingkungan kita karena kedudukan antara laki-laki dan perempuan.
Permasalahan ini terjadi ketika perempuan memiliki kesempatan terbatas dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki kesempatan luas terkait program dan aktivitas di masyarakat.

Pandangan orang mengenai isu-isu sensitif perempuan yang terjadi dipengaruhi oleh orang tua bahkan keluarga. Cara kita berinteraksi dengan gender yang berbeda, cara kita melihat perempuan dan laki-laki, pertama datang dari orang tua kita yang lebih penting dari peran sekolah. Dilihat dari cara orang tua (ibu) berkomunikasi dengan anak-anaknya, jika orang tua berkata laki-laki bisanya ini, perempuan bisanya itu, maka akan terjadi pemisahan terhadap peran laki-laki dan perempuan yang bakal susah untuk dirubah pada saat dewasa nanti. Berbeda juga jika peran orangtua (ibu) yang memiliki sifat keras dan berpegang prinsip, berwibawa dalam keluarga yang sangat besar, jadi anak-anak melihat perempuan sebagai potensi powerfull figur di dalam keluarga, seperti kata Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan) pada acara Catatan Najwa Shihab.

Diskriminasi mengenai gender di berbagai wilayah memiliki sifat dan tingkat yang beragam. Gender sendiri jika diartikan adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dari hal kecil yang terlintas atau terlihat oleh mata kita saja, laki-laki memiliki badan yang besar, daya tahan fisik lebih bagus, lebih rasional, cenderung menggunakan nalar, bertanggung jawab, dan pencari nafkah. Sedangkan perempuan posturnya lebih kecil dari laki-laki, daya tahan tubuh lemah, dan lebih menggunakan emosi. Dari situ saja banyak orang-orang yang berpikir bahwa laki-laki lebih hebat dari perempuan, laki-laki lebih berkuasa dari perempuan.

Peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Ada beberapa perbedaan mencolok yang sudah lama dikaitkan dengan tentang kepantasan dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Terdapat pengelompokan sosial yang menentukan jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam kehidupan bermasyarakat maupun kegiatan ekonomi. Contohnya, dalam sebuah keluarga pihak ibu memainkan peran mengasuh anak sedangkan pihak ayah memainkan peran bekerja. Kondisi seperti ini terkadang bisa berubah secara drastis apabila terjadi perubahan kebijakan dan masalah ekonomi.

Dari yang terlihat dan pernah terjadi juga bahwa perempuan secara konsisten berada pada posisi yang lebih dirugikan, misalkan saja tentang hal kesenjangan gender di pasar kerja dimana adanya segmentasi jenis kelamin angkatan kerja, ada juga kekerasan fisik dimana mereka mendapat kekerasan dalam rumah tangga, perdangan perempuan, bahkan mendapat catcalling di tempat umum. Bahkan saat laki-laki dan perempuan sudah menikah, masih ada saja laki-laki yang melarang perempuan untuk bekerja dan menempuh karirnya. Pihak perempuan menjadi penanggung paling berat akibat ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua orang.

Dapat juga dilihat dari standar kecantikan perempuan, laki-laki banyak menyebut standar kecantikan perempuan itu dari badannya langsing atau bahkan putihnya. Hal itu yang dapat menimbulkan rasa insecure pada perempuan. Dari banyaknya perspektif orang-orang di luar sana yang membuat perempuan ingin merubah tampilannya menjadi perempuan yang ideal, bahkan standar kecantikannya yang tepat.

Dari segi keperawanan, banyak perempuan yang sudah tidak perawan lagidi Indonesia ini dipermasalahkan. Dari bidang pekerjaan seperti pada tes polisi, tentara, atau sebelum menjadi istri polisi dan tentara tersebut, tes keperawanan sangat penting untuk dilakukan. Padahal tidak ada ruginya juga buat para abdi negara tersebut.Untungnya tes keperawanan pada tes polisi dan tentara sudah dihapus.Secara umum dalam segi pekerjaan juga atasan atau bos tidak perlu tahu perempuan yang ingin bekerja ini masih perawan atau tidak. Karena tidak ada hubungannya perawan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Keperawanan itu privasi diri perempuan. Tidak logis sekali jika keperawanan jadi syarat untuk menjadi sesuatu atau melakukan sesuatu. Apalagi kalau perempuan berprestasi itu, tidak perlu dipertanyakan atau dijadikan bahan ghibah.

Tidak ada habis-habisnya laki-laki yang selalu mempermasalahin keperawanan. Mengapa demikian? Terkadang laki-laki ingin mendapat istri yang masih perawan. Memang perawan sangat penting, jika laki-lakinya masih perjaka. Jika laki-laki yang tidak perjaka menginginkan seorang istri yang masih perawan tidak etis sekali. Perempuan tidak perawan banyak dipandang rendah oleh orang-orang. Mengapa laki-laki yang sudah tidak perjaka tidak dipandang rendah juga? Mengapa juga laki-laki yang sudah tidak perjaka masih menginginkan istri yang masih perawan? Adakah kesetaraan gender yang terlihat? Tidak ada. Keperawanan hilang tidak hanya disebabkan oleh hubungan seks, tetapi juga disebabkan oleh pekerjaan berat seperti olahraga atau bahkan kecelakaan.

Dalam hal kekerasan seksual banyak sekali kejadianyang tidak diinginkan. Tetapi pada saat seorang korban melaporkan kejadian tersebut terhadap sekolah, kampus, atau bahkan tempat kerjanya, yang disalahkan dan dipojokkanselalu perempuan. Belum lagi jika masalah pelecehan seksual sudah tersebar di lingkup tersebut yang dikucilkan, dikasihani, diliatin terus itu selalu perempuan.Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.

Kesetaraan gender sendiri tidak selalu dipandang sebagai hak dan kewajiban yang sama tanpa adanya pertimbangan. Mengingat bahwa isu yang muncul mengenai isu kesetaraan gender diartikan menjadi segala sesuatu, baik itu hak maupun kewajiban, mutlak sama dengan laki-laki. Pihak perempuan pastinya tidak akan bisa menanggung tanggung jawab laki-laki, maupun sebaliknya. Maka dari itu, perlu adanya pembangunan yang berkelanjutan yang setiap butir tujuannya tidak lupa menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdaayaan perempuan sehingga perempuan mendapatkan kedudukan yang layak bukan karena rasa iba, tetapi kerja keras memberi pengaruh terhadap sekitarnya.

FokusNTB

Pengelola menerima semua informasi tentang Nusa Tenggara Barat. Teks, foto, video, opini atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke fokusntb@gmail.com

Related Articles

Back to top button