BudayaEdukasiPeristiwa

Balik Layar Festival Film Sumbawa #3: Workshop Tata Kamera dan Teknik Editing: Taktik Menyampaikan Perasaan Melalui Visual

Sumbawa Besar, Fokus NTB – Tidak terasa para peserta workshop sudah sampai pada pertemuan ketiga sekaligus terakhir di aula hotel Sernu (14/10/21). Setelah pemaparan tentang konsep kreatif dan manajemen produksi, kali ini mereka akan mempelajari sesi teknis dalam proses produksi film pendek. Festival Film Sumbawa memberikan fasilitas workshop teknis agar para peserta yang merupakan filmmaker pemula dapat membayangkan akan seperti apa mereka mengarungi tiga tahap dalam film, yakni Pra Produksi, Produksi, serta Pasca produksi.

Memang para peserta tidak dipaksa untuk menguasai setiap sesi dalam workshop, sebab di antara mereka sebagian ada yang lebih tertarik dengan bidang tertentu, ada yang memiliki potensi di bidang penyutradaraan, penulisan naskah, atau manajemen produksi. Namun dengan mempelajari bidang teknis mereka akan lebih mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan lintas divisi dalam tim produksi film agar visi dan misi film dapat diterima dan dirasakan oleh penonton.

Yuli Andari Merdikaningtyas dari Festival Film Indonesia menjelaskan, workshop hari ketiga diisi oleh dua kamerawan dan dua editor profesional yang memiliki segudang pengalaman. Di sesi film fiksi, materi tata kamera dan teknik editing diisi oleh dua srikandi film Indonesia yaitu Vera Lestafa dan Aline Jusria. Keduanya pernah mengenyam pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Vera Lestafa di yang sempat belajar sinematografi di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta. Film pertama Vera dibuat pada tahun 2005 berjudul “Temukan Tempat yang Indah” sebagai sutradara sekaligus Director of Photography yaitu orang yang bertanggung jawab dalam kualitas gambar dalam sebuah film. Sedangkan Aline Jusria, memulai karirnya sebagai editor film dokumenter. “Di Atas Rel Mati” adalah film dokumenter pendek yang pernah dieditnya dan memenangkan “Best Editing” dalam Eagle Award Documentary Competition 2016. Ia juga pernah memenangkan Piala Maya untuk karyanya “Teman Tapi Menikah” pada tahun 2018.

Sesi film dokumenter juga diisi oleh dua filmmakers yaitu Barly J Fibriady dan Greg Arya. Barly merupakan seorang dokumentaris alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang dikenal dalam keahliannya sebagai sinematografer dokumenter. Ia jug pemegang lisensi sinematografer bawah air (Cinematorapher – under water specialist). Beberapa film yang dibuatnya mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah film Tsunami, Facing Global Threat mendapat penghargan di Firenze Archeology Film Festival, sebuah film dokumenter di Italia. Kemudian pemateri terakhir adalah Greg Arya yang merupakan seorang editor professional, lulusan S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Yoyakarta. Sejak 2010 sampai sekarang aktif menjadi dosen di ISI Yogyakarta. Berkat keahliannya ia mendapatkan Piala Citra 2019 sebagai penyunting gambar terbaik untuk film Kucumbu Tubuh Indahku.

FFS sebagai penyelenggara workshop membuat 4 sesi sekaligus karena menempatkan dua sesi teknis film pendek fiksi serta dua teknis film dokumenter. Dengan begitu pengetahuan teknis mampu diterima dengan seimbang. Karena meskipun bidangnya sama, fiksi dan dokumenter memiliki karakter yang berbeda. Misalnya dalam dokumenter, proses editing merupakan penyutradaraan kedua yang memiliki peran penting dalam menyusun sebuah alur cerita, sedangkan dalam fiksi posisi editor lebih kepada bagaimana menghadirkan gambar sesuai dengan perencanaan naskah.

Banyak sekali pembelajaran yang didapat dari para pemateri. Beberapa kutipan penting selama workshop berlangsung antara lain: Greg Arya mengatakan bahwa “Editing erat kaitannya dengan storytelling. Menjadi seorang editor harus siap melakukan observasi dengan bebagai peristiwa kehidupan”, lalu Aline Jusria dalam sesi editing Film Fiksi mengungkapkan “Semakin banyak yang nonton karya kalian, semakin banyak orang yang mengetahui potensi kalian. Jadi jangan malu tunjukkan karya yang sudah dibuat”. Seperti yang dijanjikan oleh panitia dari hari pertama workshop untuk para peserta yang aktif selama tiga hari workshop berlangsung akan diberikan merchandise keren berupa T-Shirt dan Totebag FFS 2021, papar publisis Festival Film Sumbawa, Ridho Fisabilillah.

FokusNTB

Pengelola menerima semua informasi tentang Nusa Tenggara Barat. Teks, foto, video, opini atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke fokusntb@gmail.com

Related Articles

Back to top button