Ghia Gusdiawan Vinansyah, SP
(Mahasiswa Program studi Magister Manajemen Inovasi Sekolah Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa)
Dampak pandemi Covid-19 memiliki pengaruh besar terhadap sisi penawaran sekaligus permintaan dari perekonomian. Hal ini mengakibatkan penurunan aktifitas pada berbagai sektor di seluruh wilayah negara, yang kemudian menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan perekonomian nasional.
Dalam tulisannya, Mohammad Ikhsan Modjo dari BINUS University memaparkan bahwa beberapa lembaga memperkirakan jumlah pengangguran dan penduduk miskin bertambah pada 2020. Pengangguran sebesar 2,91 juta (2.17% dari angkatan kerja) hingga 5,23 juta (3.79% dari angkatan kerja), dan penduduk miskin akan terjadi penambahan antara 1,16 juta (+0.44%) hingga 9,6 juta (+3.6%). Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho menjelaskan bahwa menurunnya pendapatan pada tingkat rumah tangga diakibatkan pemotongan gaji dan upah, menurunnya profit, dan terbatasnya konsumsi.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti menerangkan bahwa rumah tangga adalah unit analisis yang wajib diperhatikan karena inti kekuatan ketahanan ekonomi bangsa ada di rumah tangga. Apabila rumah tangga bisa bertahan dengan baik, maka daya tahan negara akan baik pula. Oleh karena itu, Penguatan ekonomi pada tingkat rumah tangga pasca pandemi perlu dilakukan. Maka diperlukan kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan tanpa banyak menuntut modal biaya
“Waste is an opportunity. It is one of the untapped resources waiting to be harness”
~ Prof. Veena Sahajwalla ~
Sampah oleh sebagian orang dipandang sebagai barang yang sudah tidak memiliki nilai guna, namun bagi sebagian lain merupakan resource atau sumber daya yang memiliki banyak potensi. Hal ini sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang No. 18 yang menyebutkan bahwa selain untuk kesehatan lingkungan, tujuan mengelola sampah adalah sebagai sumber daya.
Pada bulan Agustus 2019, Nusramedia.com mencatat bahwa Kabupaten Sumbawa, sebagai kabupaten dengan wilayah terluas di Nusa Tenggara Barat yang meliputi 24 kecamatan, menghasilkan sampah hingga mencapai 535.184 meter kubik per tahun. Dari jumlah tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Sumbawa hanya dapat mengatasi sekitar 17,35% atau sebanyak 92.881 meter kubik saja. Penanganan sampah yang masih minim ini dikarenakan tidak sesuainya jumlah produksi sampah dibandingkan dengan tenaga kerja yang ada. Dinas lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa saat ini memiliki 136 tenaga kerja, dimana setiap tenaga kerja hanya mampu menangani maksimal 1000 meter kubik produksi sampah, sehingga untuk menangani sampah secara total, dibutuhkan sekitar 535 tenaga kerja.
Selain kekurangan tenaga kerja, persoalan yang juga dialami Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa dalam menangani sampah adalah terbatasnya jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki khususnya jumlah kendaraan untuk mengangkut sampah. Keterbatasan jumlah sarana dan prasarana ini disebabkan oleh terbatasnya anggaran untuk membeli sarana dan prasarana tersebut.
Untuk mengatasi berbagai kendala yang sedang dialami, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa berupaya mengoptimalkan pemberdayaan semua bank sampah yang ada di Kabupaten Sumbawa. Pemberdayaan bank sampah ini dilakukan agar menyesuaikan dengan misi program Zero Waste dari pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan penanganan sampah. Pemerintah telah memfasilitasi pembentukan 24 bank sampah di beberapa desa dan membangun lima Bank Sampah Induk (BSI) di empat lokasi, antara lain di Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Utan, Kecamatan Maronge dan Kecamatan Empang, dan satu bank sampah induk di Universitas Teknologi Sumbawa di Kecamatan Moyo Hulu.
Dikutip dari Nusramedia.com edisi bulan Maret 2021, gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. H. Zulkieflimansyah menyatakan bahwa implementasi dari program Zero Waste tidak sederhana. Berbagai kelompok kecil masyarakat yang telah memilah sampah hingga inisiatif mendirikan bank sampah diberbagai lokasi di Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini belum memberikan hasil yang efektif. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sebuah perusahaan atau teknologi yang serius mengolah sampah plastik di Nusa Tenggara Barat.
NTB Zero Waste menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan target 70 persen pengelolaan dan 30 persen pengurangan sampah di tahun 2023 nanti. Untuk mewujudkan hal tersebut, semua elemen masyarakat harus terlibat dan mengambil peran nyata untuk mengendalikan dan mengelola sampah. Kabupaten dan kota juga diharapkan mengambil bagian untuk mewujudkan salah satu dari program NTB Gemilang ini. Tidak terkecuali bagi Kabupaten Sumbawa.
Kondisi penurunan pendapatan pada tingkat rumah tangga yang disebabkan oleh pandemi dapat menjadi momentum yang tepat untuk pemerintah meningkatkan partisipasi masyarakat dengan lebih banyak melakukan penyuluhan program Zero Waste untuk memperkenalkan sampah sebagai sumber daya yang menghasilkan pendapatan sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat, agar dapat memicu peningkatan peran masyarakat sebagai pengusaha di bidang pengelolaan sampah.
Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera, Syawaludin mengatakan, potensi sampah di Nusa Tenggara Barat sangat besar. Apabila seluruh rumah tangga memilah sampah plastik dan menjualnya ke bank sampah, nilainya mencapai Rp. 692 miliar setahun. Itu belum termasuk potensi sampah anorganik. Potensi keuntungan yang besar ini tentu sangat disayangkan bila terus dilewatkan. Untuk dapat memanfaatkan potensi secara maksimal maka perlu dilakukan upaya-upaya oleh masyarakat untuk menjadi pelaku usaha, dalam membantu pemerintah yang memiliki keterbatasan anggaran dan tenaga kerja, untuk menghasilkan suatu inovasi yang dapat membuat pengelolaan sampah menjadi affordable dan profitable atau terjangkau dan menguntungkan.
Kepala Seksi Kajian Lingkungan Bidang Penataan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa, Aryan Perdana Putra menjelaskan bahwa Pemerintah daerah Sumbawa fokus terhadap dua aspek tata kelola sampah. Dua aspek tersebut yaitu pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud, meliputi kegiatan:
1) pembatasan timbunan sampah,
2) pendauran ulang sampah,
3) pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan penanganan sampah yang dimaksud, meliputi kegiatan:
1) pemilahan sampah dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.
2) pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPST.
3) pengangkutan sampah dalam bentuk membawa sampah dari TPS atau TPST ke TPA.
4) pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karateristik, komposisi dan jumlah sampah.
5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.
Ketentuan lebih lanjut menangani penanganan sampah di Kabupaten Sumbawa sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Sumbawa No. 4 tahun 2016 adalah dibuatnya rumah kompos untuk pengurangan sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan, pemerintah daerah mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah.
Melihat dari karateristik atau kondisi yang disebabkan oleh adanya pandemi kepada mayoritas masyarakat, yaitu menurunnya pendapatan pada tingkat rumah tangga, pemotongan gaji dan upah, menurunnya profit usaha, dan terbatasnya konsumsi. Maka peran masyarakat dalam menjadi pelaku usaha pengolahan sampah dibatasi pada usaha yang tidak menuntut modal biaya besar untuk dimulai, agar tidak semakin membebani. Selain harus minim modal biaya, usaha yang dijalankan juga harus merupakan usaha yang memproduksi barang yang menjadi kebutuhan atau yang selalu dikonsumsi, terutama di lingkungan sekitar tempat usaha tersebut beroperasi.
Terdapat dua produk hasil pengolahan sampah yang memenuhi kriteria minim biaya, bahkan bisa dilakukan dengan tanpa biaya dan mendorong pemenuhan kebutuhan dasar, Sekaligus memenuhi kriteria aspek pengurangan dan penanganan sampah yang menjadi fokus pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa.
Produk pertama yang tepat untuk dihasilkan dalam pengolahan sampah telah disebutkan dalam peraturan daerah diatas, yaitu pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi pupuk kompos selalu menjadi solusi utama yang terpikirkan dalam pengelolaan sampah. Hal ini dikarenakan fungsi dari pupuk kompos yang diketahui memiliki banyak manfaat, yang tidak sekedar untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri, jamur, ganggang, organisme uniseluler, maupun multiseluler merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput-rumput, daun-daunan, dan kotoran hewan serta limbah organik lainnya, lama kelamaan menjadi busuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik.
Permintaan akan pupuk kompos di Indonesia terus meningkat disebabkan oleh berkembangnya kegiatan pertanian organik. Kebutuhan Pupuk kompos di indonesia digunakan dalam budidaya banyak jenis tanaman, mulai dari pangan, hortikultura, hingga tanaman hias. Menurut hasil penelitan oleh Puslittanak (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat), banyak lahan di Indonesia telah menggunakan pupuk organik secara intens dan kebutuhannya saat ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, daerah-daerah yang memiliki permintaan tinggi terhadap pupuk organik adalah, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan.
Namun dibalik semua potensi pada usaha pupuk kompos ini, terdapat kendala yang sedang dihadapi oleh pelaku usaha pupuk kompos di Indonesia saat ini. Masalah tersebut adalah kesulitan mendapatkan sertifikasi kelayakan dari Departemen Pertanian. Kesulitan yang dihadapi para pelaku usaha adalah tingginya biaya untuk mendapatakan sertifikasi tersebut.
Dilihat dalam situs marketplace, harga pupuk kopos di pasaran berkisar antara Rp 4000 sampai Rp. 10.000 per kilogram. Dengan memanfaatkan peralatan rumah tangga yang sudah tersedia, dan memanfaatkan sampah organik sebagai modal utama, operasi usaha pupuk kompos ini bisa dimulai dengan modal nol rupiah, sehingga dapat meningkatkan potensi keuntungan. Hal inilah yang menjadikan usaha pupuk kompos merupakan usaha yang cocok dilakukan oleh masyarakat yang terdampak pandemi.
Prospek usaha yang menjanjikan membuat persaingan dalam usaha pupuk kompos menjadi cukup ketat. Namun kondisi tersebut bisa dijadikan pendorong semangat para pelaku usaha pupuk kompos untuk terus berinovasi agar dapat memproduksi pupuk kompos yang lebih baik, lebih cepat dan lebih murah dari pesaing-pesaingnya. Salah satu inovasi yang telah tercapai dalam pembuatan pupuk kompos adalah telah banyaknya produsen pupuk kompos yang mampu membuat pupuk kompos dalam waktu 7 sampai 10 hari, yang dulunya membutuhkan proses produksi selama 1 sampai 2 bulan.
Kompos mengandung unsur hara yang mirip dengan pupuk kimia produksi pabrik walaupun memiliki porsi yang berbeda. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kompos disimpan dalam bentuk material organik yang walaupun memiliki porsi nutrisi lebih sedikit dari pupuk kimia, namun memiliki kemampuan menggemburkan tanah keras dan merekatkan tanah berpasir.
Perbedaan lain antara pupuk kompos dengan pupuk kimia produksi pabrik adalah pada cara kerjanya dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Cara kerja pupuk kimia produksi pabrik ketika digunakan dalam kegiatan budidaya komoditas pertanian adalah dengan menyediakan nutrisi yang dapat langsung diserap oleh tanaman. Sedangkan pupuk kompos bekerja dengan cara pelepasan nutrisi yang dapat di serap oleh tanaman secara perlahan. Pelepasan nutrisi ini membutuhkan waktu yang tidak cepat bahkan bisa sampai berbula-bulan hingga seluruh nutrisi yang terkandung dalam kompos dapat diserap oleh tanaman. Namun, dalam jangka panjang, penggunaan kompos dapat meningkatkan kualitas tanaman yang lebih sehat, dan kualitas tanah yang lebih baik, juga jumlah panen yang lebih banyak. Dalam sebuah studi oleh WRAP, dengan jelas ditunjukkan bahwa aplikasi pupuk kompos secara terus menerus dapat memberi keuntungan yang lebih besar bagi petani karena manfaatnya yang dapat meningkatkan kualitas tanah, sehingga berpotensi meningkatkan hasil panen melalui peningkatan nutrisi dan penyimpanan air yang lebih baik. Dengan hasil panen yang lebih banyak, dan berukurangnya ketergantungan pada pupuk kimia produksi pabrik yang lebih mahal, maka pendapatan yang diperoleh dari usahatani pun dapat meningkat.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa usaha produksi pupuk kompos merupakan usaha yang menguntungkan. Untuk lebih meningkatkan keuntungan, maka dapat dijalankan usaha budidaya sayur atau buah menggunakan pupuk kompos untuk menghasilkan sayur dan buah organik.
Usaha budidaya komoditas pertanian juga dapat dilakukan tanpa mengeluarkan modal biaya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengadopsi sistem Zero Budget Natural farming (ZBNF). Zero Budget Natural Farming (ZBNF) merupakan inovasi pada sistem budidaya komoditas pertanian yang berasal dari India yang berisi teknik-teknik budidaya secara organik dan memanfaatkan sumberdaya yang dapat diperoleh di lingkungan sekitar dalam mendukung setiap tahap pertumbuhan pada komoditas pertanian.
Sistem budidaya Zero Budget Natural Farming ini dilakukan dengan manfaatkan hubungan antara tanaman satu dengan tanaman lainnya serta fungsi suatu tanaman dalam ekosistem. Seperti misalnya untuk mengusir hama ditanamai tanaman anti hama di sekitar lahan tanam, seperti bunga matahari. Untuk mengganti penggunaan pupuk kimia produksi pabrik, maka digunakan pupuk kompos dan menanam tanaman penambat nitrogen, seperti gamal dan kacang-kacangan mengelilingi lahan untuk membantu penyediaan nitrogen yang merupakan unsur hara penting bagi tanaman, dan banyak teknik-teknik ramah ingkungan lainnya yang dapat dilakukan tanpa mengeluarkan modal biaya.
Selain sampah organik, komposisi terbesar dari sampah berasal dari plastik. Sifat plastik yang tidak mudah terurai dan dapat meracuni tanah dan laut menjadikan sampah plastik sebagai sumber masalah besar dalam pencemaran lingkungan. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik ini. Seperti yang dilakukan di Bali, sampah plastik diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Begitu juga di Surabaya, telah dibangun instalasi pengolah sampah plastik menjadi energi listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Surabaya ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah pertama dan terbesar di Indonesia dengan kapasitas pengolahan sampah plastik sampai 1000 ton per hari yang menghasilkan 12 megawatt listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ini telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo pada tanggal 6 Mei 2021 kemarin.
Pengolahan sampah plastik seperti yang dilakukan di Bali dan Surabaya, tentu bukan merupakan usaha yang dapat dimulai di tingkat rumah tangga. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran ketika membahas tentang pengolahan plastik tingkat rumah tangga adalah dengan membuat kerajinan tangan. Beragam kerajinan tangan olahan plastik merupakan produk-produk yang bernilai kreatifitas tinggi, namun barang bernilai kreatifitas tinggi tidak selalu bernilai ekonomi tinggi karena bukan merupakan barang dengan permintaan yang tinggi.
Pengolahan sampah plastik yang dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga tidak hanya terbatas pada kerajinan tangan saja. Terdapat sebuah produk yang dapat dihasilkan dari sampah plastik tanpa proses pengolahan yang rumit atau kreatifitas yang tinggi, namun memiliki kemampuan aplikasi yang beragam dan penggunaan yang sudah banyak dipraktekkan di seluruh dunia. Produk tersebut dinamakan Ecobrick.
Ecobrick adalah inovasi dalam pengolahan sampah plastik. Dilihat dari namanya, ecobrick dapat diartikan sebagai bata ramah lingkungan. Disebut sebagai bata karena fungsinya yang dapat menggantikan batu bata sebagai material bangunan, dan disebut ramah lingkungan karena merupakan produk dari hasil pengolahan sampah sehingga mengurangi jumlah sampah yang terbuang ke lingkungan.
Ecobrick juga dikenal dengan sebutan Bottle Brick atau Ecoladrillo. Ecobrick dibuat dari botol plastik yang diisi dengan kemasan plastik hingga menjadi padat. Karena dibuat dari plastik, maka ecobrick memiliki sifat yang bertahan lama dan tidak mudah terurai atau tidak mudah rusak. Selain digunakan sebagai material bangunan pengganti batu bata, ecobrick juga dapat dirangkai menjadi berbagai bentuk furniture. Sebagai furniture ecobrick banyak dirangkai menjadi kursi atau meja.
Ecobrick merupakan produk yang dapat diproduksi tanpa mengeluarkan biaya karena proses pembuatannya yang tidak rumit. Bahan yang digunakan yaitu botol plastik dan kemasan plastik yg diambil dari limbah, dan menggunakan stik kayu sebagai alat untuk membantu memadatkan kemasan plastik dalam botol.
Ecobrick memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan konstruksi konvensional. Keunggulan-keunggulan tersebut adalah, tidak memerlukan biaya, menyerap beban kejut yang datang secara tiba-tiba, merupakan material yang reusable atau dapat digunakan secara berulang-ulang, mudah digunakan, ringan, bertahan lama dan tidak mudah rusak.
Usaha produksi ecobrick dapat memperoleh pendapatan dengan barbagai cara, seperti menjual ecobrick di marketplace online dengan kisaran harga Rp.5000 hingga Rp.10.000 untuk botol 600 ml dan Rp.12.500 hingga Rp.65.000 untuk botol 1500ml. Selain itu, ecobrick juga bisa dijual ke bank sampah. Karena penggunaan ecobrick telah meluas di berbagai negara di seluruh dunia, maka apabila dapat diroduksi dalam jumlah banyak, produk ini bisa menjadi barang ekspor memenuhi permintaan di luar negeri. Selain menjual ecobrick secara langsung, Produsen ecobrick juga bisa menjual kursi dan meja bahkan rumah yang berbahan dasar ecobrick.
Kompos dan ecobrick inilah dua produk yang produksinya dapat mendukung program NTB Zero Waste dan dapat dijadikan usaha yang bisa menguatkan ekonomi rumah tangga pasca terdampak pandemi.
Kedua produk ini perlu lebih diperkenalkan dan diusahakan di Kabupaten Sumbawa dimana dampak pandemi dirasakan oleh semua kalangan, dari PNS hingga pedagang kali lima. Di seluruh wilayah indonesia termasuk di Kabupaten Sumbawa, Untuk mengganti pendapatan yang hilang diakibatkan oleh adanya pandemi, masyarakat banyak melakukan usaha sampingan untuk menutupi berkurangnya pendapatan dan memenuhi kebutuhan.
Namun ada pula masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan tapi masih bisa memenuhi kebutuhan dan tidak merasa perlu untuk melakukan pekerjaan sampingan. Masyarakat yang tidak melakukan usaha sampingan ini menggunakan tambahan waktu luang yang diperoleh saat pandemi untuk mengerjakan hobi. Salah satu hobi yang ternyata banyak diminati oleh mayoritas masyarakat seluruh Indonesia termasuk Kabupaten Sumbawa adalah memelihara tanaman hias.
Dari fenomena-fenomena diatas, terdapat peluang yg dapat dimanfaatkan pemerintah untuk memperkenalkan Zero Waste dan mengajak masyarakat yang ingin menambah pemasukan untuk menjalankan usaha yang sejalan dengan tujuan program Zero Waste ini. Produk-produk yang tepat untuk diusahakan untuk memanfaatkan peluang dan mendukung program zero waste ini adalah produksi pupuk kompos dan produksi ecobrick. Pupuk kompos tentu dibutuhkan oleh peminat tanaman hias untuk menjaga kesuburan tanaman hias mereka di dalam pot, dan ecobrick dapat digunakan sebagai material untuk memperindah dan mengatur petak-petak taman atau halaman tempat tanaman hias diletakkan.
Potensi usaha pupuk kompos dan ecobrick ini tidak terbatas pada pemenuhan kegiatan budidaya tanaman hias saja. Permintaan pupuk kompos dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan mengikuti peningkatan permintaan akan produk pertanian organik mulai dari tanaman pangan hingga sayur dan buah. Begitu juga dengan ecobrick, potensi jauh lebih besar dari sekedar material penghias taman karena fungsinya yang dapat dirangkai menjadi furniture bahkan membangun rumah.
Dengan menjalankan usaha yang meproduksi ragam produk ramah lingkungan, selain dapat menambah pendatapatan, masyarakat juga dapat ikut berpartisipasi mendukung program pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mencapai target NTB Zero Waste pada tahun 2023 mendatang. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menciptakan lingkungan yg bersih dan sehat, serta meningkatkan kemandirian masyarakat, juga mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, dan orang yang mengkonsumsi hasil panennya, sambil menghemat biaya karena mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pupuk kimia yang memiliki harga lebih mahal.
Daftar Acuan
[1] Humas LIPI. 2020. Survei Ekonomi Rumahtangga Indonesia di Masa Pandemi. http://lipi.go.id/berita/survei-ekonomi-rumah-tangga-indonesia-di-masa-pandemi-covid-19/22121. (Diakses pada tanggal 25 April 2021 pukul 16:18) [2] Mohammad Ikhsan Modjo. 2020. Memetakan Jalan Penguatan Ekonomi Pasca Pandemi. https://journal.bappenas.go.id/index.php/jpp/article/download/117/79/ (Diakses pada tanggal 25 april 2021 pukul 16:20) [3] ABC News In-Depth. 2021. Recycling revolutionary shows how you can turn old clothes into kitchen tiles | Australian Storyhttps://www.youtube.com/watch?v=4fkbQynfSyY&t=41s (Diakses pada tanggal 26 April 2021 pukul 00:45) [4] Feari/Sari. 2019. Dr. Satori: “Jadikan Sampah Sebagai Sumberdaya”. https://www.unisba.ac.id/dr-satori-jadikan-sampah-sebagai-sumber-daya/ (Diakses pada tanggal 26 April 2021 pukul 00:57) [5] Tim Redaksi. 2019.Penanganan Sampah di Sumbawa 17,35% per Tahun https://www.nusramedia.com/kesehatan/penanganan-sampah-di-sumbawa-1735-pertahun-10052.html (Diakses pada tanggal 27 April 2021 pukul 19:42) [6] Tim Redaksi. 2021. Kompetisi Inovasi Penanganan Sampah Plastik Se-Asean Digelar di Mandalika. https://www.nusramedia.com/nasional/kompetisi-inovasi-penanganan-sampah-plastik-se-asean-digelar-di-mandalika-25971.html (Diakses pada tanggal 28 April 2021 pukul 10:13) [7] dys/nas. 2019. Dari Komunitas Sabisa dan Saber Sampah Menuju Sumbawa “Zero Waste”. https://www.suarantb.com/dari-komunitas-sabisa-dan-saber-sampah-menuju-sumbawa-%E2%80%98%E2%80%99zero-waste%E2%80%99%E2%80%99/ (Diakses pada tanggal 28 April 2021 pukul 10.52) [8] Redaksi BinisUKM. 2019. Mengintip Bisnis Mengolah Sampah Jadi Pupuk Kompos. https://bisnisukm.com/peluang-bisnis-mengolah-sampah-jadi-pupuk-kompos.html (Diakses pada tanggal 1 Mei 2021 pukul 12:19) [9] Bupati Sumbawa. 2016. Peraturan Daerah kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2016. https://jdih.sumbawakab.go.id/peraturan/Perda%20Nomor%204%20Tahun%202016.pdf (Diakses pada tanggal 13 Mei Pukul 19.21) [10] Diah setyorini dkk. 2008. Kompos. https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf (Diakses pada tanggal 14 Mei 2021 pukul 21:51) [11] ECO. 2018. Fertiliser vs Compost. https://www.thisiseco.co.uk/news_and_blog/fertiliser-vs-compost.html (Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 07:47) [12] Abror Fauzi. 2018. Indonesia Darurat Smpah Plastik. http://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik (Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 09:34) [13] Anik Mukholatin Hasanah. 2020. PLTSa Benowo dan Listrik 12 Megawatt Hasil Pengolahan Sampah di Surabaya. https://www.mongabay.co.id/2020/08/26/pltsa-benowo-dan-listrik-12-megawatt-hasil-pengolahan-sampah-di-surabaya/ (Diakses pada tanggal 6 Mei 2021 pukul 10:27) [14] Filemon Agung. 2020. Surabaya Jadi Kota Pertama Yang Operasikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. https://industri.kontan.co.id/news/surabaya-jadi-kota-pertama-yang-operasikan-pembangkit-listrik-tenaga-sampah (Diakses pada tanggal 16 Mei 2020 Pukul 10:29) [15] Maurilla Imran. 2018. Ecobrikcs. https://zerowaste.id/manajemen-sampah/ecobricks/ (Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 10:45) [16] Unieco. 2020. Ecobrick: Solusi Pengelolaan Limbah Efektif di Zaman Modern. https://www.universaleco.id/ecobrick-cara-membuat-manfaat (Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 11.06) [17] Camille Lefevre. 2019. Ecobricks: An Answer to Plastic Waste?. https://www.buildwithrise.com/stories/ecobricks-an-answer-to-plastic-waste (Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 16:47)